Selamat Datang di MediaNagaNews.Com ➤ Konsisten - Menyuarakan - Berkomitmen ➤ Semua Wartawan MediaNagaNews.Com dilengkapi dengan ID Card Wartawan.

Wow Tak Disangka ! Harga Emas Jatuh dan Diramal Bisa Lebih Buruk


MEDIANAGANEWS.COM - Flash crash emas tentunya masih segar di ingatan para investor. Kejatuhan harga dalam hitungan menit itu terjadi saat harga emas dunia ambrol hingga nyaris 4,5%.

Flash crash tersebut terjadi pada Senin (9/8/2021) yang lalu sebelum rilis risalah rapat kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed).

Sehingga, pelaku pasar tentunya menjadi ngeri-ngeri sedap dengan emas. Sebab dalam risalah yang dirilis Kamis (19/8/2021) dini hari, The Fed membuka peluang melakukan tapering di tahun ini.


Tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) pernah terjadi di tahun 2013, dampaknya harga emas dunia berada dalam tren menurun hingga tahun 2015. Dari rekor tertinggi saat itu yang dicapai September 2011, emas dunia ambrol hingga 45%.

Pasca rilis risalah tersebut harga emas sebenarnya masih cukup stabil, pada perdagangan Kamis kemarin hanya melemah 0,41% ke US$ 1.780/troy ons.

Namun, Dominic Schnider, kepala investasi di UBS Global Wealth Management memprediksi emas bisa jeblok ke US$ 1.600/troy ons bahkan lebih rendah lagi di kuartal I-2021.
Schnider melihat imbal hasil riil (real yield) di AS akan "kurang negatif" yang akan membuat harga emas merosot.

Emas dan obligasi AS (Treasury) sama-sama dianggap sebagai safe haven. Bedanya, Treasury memberikan imbal hasil, sementara emas tidak. Imbal hasil riil Treasury saat ini sudah negatif bahkan cukup dalam, sebab inflasi yang tinggi di AS.

Ketika riil yield negatif dalam, emas akan diuntungkan, tetapi ketika riil yield negatifnya semakin berkurang apalagi sampai positif lagi, emas tentunya akan tertekan. Apalagi dengan kemungkinan tapering di tahun ini, yield Treasury bisa semakin naik.

"Saya pikir anda akan melihat lebih banyak outflow (dari emas). Saya tidak akan terkejut jika pada satu titik 20 juta ons emas meninggalkan pasar ETF dan berjangka. Itu artinya harga emas turun," kata Schnider sebagaimana dilansir MEDIANAGANEWS.COM dari CNBC International, Sabtu (21/8/2021).

Jebloknya harga emas dunia ke bawah US$ 1.600/troy ons bahkan lebih rendah lagi tentunya membuat ngeri investor emas. Tetapi, ada juga pandangan yang menyebut harga emas dunia bisa terbang tinggi di sisa tahun ini.


Berbeda dengan analisis UBS Global Wealth Management, bank investasi Goldman Sachs justru memprediksi emas dunia akan menguat.

Dalam riset terbarunya, Goldman Sachs melihat harga emas akan mencapai US$ 2.000/troy ons di akhir tahun ini, sebabnya permintaan emas yang mulai pulih.

Aksi beli emas oleh Palantir memberikan gambaran mengenai pulihanya permintaan emas. Perusahaan analisis piranti lunak ini membeli emas batangan senilai US$ 50 juta di bulan Agustus.


"Selama Agustus 2021, perusahaan membeli emas batangan senilai US$ 50,7 juta. Emas tersebut berada di fasilitas penyimpanan pihak ketiga, dan perusahaan bisa mengambil emas tersebut kapan saja dengan pemberitahuan," kata Palantir dalam laporan earnings yang dirilis 12 Agustus lalu.

Senada dengan Goldman Sachs, Bloomberg Intellegence juga memprediksi emas dunia akan ke US$ 2.000/troy ons di tahun ini.

Analis dari Bloomberg Intelligence, juga mengungkapkan jebloknya harga di awal pekan lalu merupakan suatu kemerosotan dari tren bullish (kenaikan dalam jangka panjang).

"Peningkatan rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat dan ketergantungan terhadap quantitative easing (QE) membuat kami tetap mempertahankan proyeksi kenaikan harga emas, terutama setelah penurunan tajam dari level puncak di 2020," kata Mike McGlone, analis komoditas di Bloomberg Intelligence.

McGlone juga melihat di sisa tahun ini emas lebih mungkin akan mendekati US$ 2.000/troy ons, ketimbang tertahan di bawah US$ 1.700/troy ons.

"Katalis yang bisa membawa emas ke US$ 2.000/troy ons adalah sedikit koreksi pasar saham dan berlanjutnya penurunan yield Treasury. Kami melihat emas lebih mungkin mendekati resisten US$ 2.000 ketimbang di bawah US$ 1.700 di semester II tahun ini," katanya.

Terbelahnya pendapat para analis terkait kemana harga emas di sisa tahun ini merupakan hal yang wajar. Begitu juga dengan preferensi para investor, antara jual atau beli emas.

Meski demikian, untuk saat ini ada baiknya wait and see dulu, sebab The Fed sudah membuka peluang melakukan tapering di tahun ini. (CNBC-MNNC)